Surat Terbuka Kocak untuk Ustadz Maulana dari Dosen Inisial NS
Assalamualaikum wr wb
Para pengunjung blog ini, kali ini saya copas suatu artikel dari jancuknews.com karena artikel tentang surat terbuka untuk ustadz maulana ini sungguh menggelitik hati saya, cara penyampaian yang begitu gokil tapi mengena banget ke sasarannya membuat surat terbuka ini sangat beda dan seru untuk dibaca, silakan para Sahabt tentang dunia membaca surat terbuka dari dosen berinisial NS ini.
Assalamu’alaikum ustadz ‘jamaah oh jamaah’ Maulana. Perkenalkan, saya bernama NS (laki-laki). Sama seperti antum, saya juga sering berbicara di depan orang banyak, yaitu di depan para mahasiswa ilmu sosial politik di Universitas Airlangga. Bedanya 2-3 jam sekali mengajar di kelas, saya tidak menarif jutaan rupiah. Begini ustadz, ini terkait aksi nangkring antum di atas mimbar. Saya menulis sebagai bentuk solidaritas.
Solidaritas tentu saya berikan bukan kepada antum, melainkan kepada para pemuda harapan pemudi, para pemudi harapan pemuda, para ummat remaja, kaum jomblo yang disorientasi dan para orang tua yang kaget atas aksi nangkring ustadz Maulana di atas mimbar.
Oiya, surat ini saya tulis setelah para penunggunya JNC gelisah, tidak mau makan setelah menatap tubuh ustadz bak Wiro Sableng bertanding silat. Selain itu, dari lubuk hati paling dalam, saya menulis surat ini karena betapa rasa sayang saya pada antum duhai ustadz Maulana.
Ada tiga hal yang ingin saya sampaikan kepada antum duhai ustadz tersayang. Ketiga hal ini semoga tidak membuat antum gelisah, apalagi patah semangat. Apalagi merasa malu. Ingat itu baik-baik.
Pertama tentang teknik kuda-kuda yang antum gunakan. Teknik kuda-kuda seperti itu, yaitu mengangkang dengan sudut kemiringan sekitar 47 derajat bukanlah kuda-kuda yang baik. Terlalu lemah. Apalagi dilakukan di atas mimbar. Jika Mak Lampir menyerang dengan jurus harimau jatuh cinta, saya prediksi kuda-kuda seperti itu mudah rontok.
Oleh karena itu, ustadz, sebelum melakukan nangkring dengan teknik kuda-kuda seperti itu berpikirlah dua kali, atau lima kali. Mengapa tidak berdiri sigap saja di lantai. Berdiri sigap di lantai dalam mimbar pasti lebih aman. Selain itu ustadz, para jamaah juga tidak kerepotan, semisal terjatuh akibat serangan musuh berbahaya. Apalagi jika ada yang foto selfie saat antum tergeletak.
Kedua saya ingin menyinggung soal keteladan cara kotbah. Antum sering bilang kalau kita para ummat Islam perlu meneladani Nabi Muhamamad. Saya ingin bertanya, ustadz tersayang, apakah Nabi Muhammad melakukan aksi nangkring seperti itu di atas mimbar?
Saya benar-benar bertanya lho ustadz. Jika memang demikian, berarti para kyai dan ulama yang selama ini berkotbah sungguh salah. Mereka mestinya beraksi nangkring di atas mimbar ketika kotbah. Saya bayangkan ya ustadz, para kyai dan ulama setiap kotbah nangkring di atas mimbar seperti itu.
Maka bisa saya prediksi perilaku sosial masyarakat, karena saya belajar ilmu sosiologi, akan suka nangkring di atas mimbar. Pak Polisi pada saat upacara bendera akan nangkring di mimbar. Bu Guru saat kotbah di depan kelas akan nangkring di atas mimbar. Kalau tidak ada mimbar mungkin akan nangkring di atas kursi atau meja.
Namun, saya kok belum pernah mendapatkan informasi bahwa Nabi Muhammad dalam berkotbah beraksi seperti antum ya ustadz. Nangkring di atas mimbar.
Ketiga perlu saya tulis di sini, sesungguhnya aksi nangkring antum tidak apa-apa. Boleh-boleh saja. Saya malah berterimakasih karena jadi punya ide bahwa setiap hari Jumat saya bisa minta pengkotbah untuk nangkring di atas mimbar. Atau, saya sendiri yang sehari-hari juga menjadi ustadz bidang sosial politik bisa nangkring di kursi atau meja ketika mengajar mahasiswa-mahasiswa saya.
Karena boleh-boleh saja, maka surat ini malah menyarankan kepada antum agar terus percaya diri melakukan hal tersebut. Tidak usah risau dan kuatir pada pandangan masyarakat. Apalagi tidak perlu berpikir tentang anak-anak yang akan meniru cara antum berkomunikasi di forum seperti itu.
Saya yakin, antum akan bangga jika diberi julukan sebagai ustadz nangkring. Ah, gelar itu mungkin tidak kalah dengan gelar piala Oscar atau piala Citra.
Nah, ustadz Maulana demikianlah tiga hal yang perlu saya sampaikan pada antum. Saya sebenarnya punya lima hal, artinya kurang dua hal. Akan tetapi yang dua hal itu, biarlah menjadi rahasia dalam hati saya. Hanya saya dan Tuhan yang tahu.
Semoga ustadz Maulana selalu sehat, rajin menabung, dan makin aktif di dunia periklanan. -NS- (Surabaya, 1 Maret 2015).*
*Diedit oleh Icuk untuk JNC
Sumber jancuknews.com
0 Response to "Surat Terbuka Kocak untuk Ustadz Maulana"
Post a Comment