Mendaki Puncak Gunung Gede

Mendaki Puncak Gunung Gede

Ini dia,, akhirnya kita sampai juga di puncak Gunung Gede. Tingginya sekitar 2900 meter dari permukaan laut lho. Puas banget deh rasanya, ketika bisa berdiri dan melihat pemandangan yang sangat indah dari ketinggian ini. Subhanallaah..     Tapi, tentu kita gak bisa tiba-tiba sampai di puncak ‘kan? Ada banyak hal yang kita lalui dan perjuangan yang seru untuk mencapainya. Ayo simak ulasannya:

Ayo Mulai Mendaki !

Zego, Saya, Bram, Fadel, dan Amir Fauzi. Kami siap berangkat!
Hari H, 11 Juni 2011, kami berlima berkumpul di depan NF Paledang untuk mengepak barang”. Kami berangkat dari Bogor pada pukul 6 pagi dengan diantar mobilnya Zego. Karena jalan raya puncak lancar, kami tiba di pintu masuk jalur cibodas dalam waktu satu setengah jam.
Jam 8, kita mulai mendaki di jalur pendakian Cibodas yang landai dan berbatu. Di pos pemeriksaan, SIMAKSI kami diperiksa petugas dan kami diingatkan untuk tidak membawa benda tajam, odol, sabun, sampo, dan sebagainya. Kami juga diingatkan untuk membawa kembali sampah yang kami hasilkan dengan trashbag.
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan dengan semangat dan sambil menyanyikan yel-yel. Sesekali, kami berpapasan dengan kelompok pendaki lainnya. Ketika bertemu, kami saling menyapa. Kita juga bisa bertanya pada mereka. Kami berjalan berdekatan dengan kecepatan sedang dan sesekali berhenti untuk istirahat dan minum.
Sip, akhirnya kami sampai di pos Telaga Biru. Airnya sangat jernih dan warnanya biru.

Ini dia,, Telaga Biru!
Tak jauh dari sana, kami sampai di Rawa Gayonggong, atau dikenal juga dengan Jembatan Kayu. Sebab, sepanjang beberapa ratus meter, kami berjalan di atas jembatan kayu (setinggi 1 meter di atas rawa). Kami harus berhati-hati karena banyak kayu yang telah rusak. Solusinya adalah berjalan di bagian tengah, karena di situlah pondasinya.

Rawa Gayonggong
Beberapa saat kemudian, kami sampai di pertigaan. Kalau ke kiri, kita bisa melanjutkan pendakian. Kalau ke kanan, kita menuju Air Terjun Cibeureum. Kami menyempatkan waktu untuk mengunjungi air terjun Cibeureum. Kami beristirahat sejenak di sana dan mengambil airnya untuk diminum.

Air Terjun Cibeureum,, Ada Pelanginya Lho. Subhanallaah!
Kami melanjutkan perjalanan ke puncak. Dari pertigaan, jalur pendakian mulai menanjak, sehingga kami jadi lebih sering beristirahat. Pos selanjutnya terasa begitu jauh. Kami membuka bekal kami untuk makan siang di tengah perjalanan. Sesekali, kami melihat fauna-fauna yang hidup di sini, seperti Owa Jawa dan burung kecil.
Perjalanan terasa lama dan melelahkan, hingga kami sampai di pos Air Panas. Kami harus melaluinya dengan berjalan di atas batu-batu dan berpegangan ke tali pengaman yang terpasang di sana. Uapnya membuat tubuh menjadi hangat, tapi, kalau airnya terkena kaki rasanya cukup panas. Sehingga lebih nyaman bila memakai sepatu.

Zego dan Bram,, berjalan melewati Air Panas
Beberapa saat setelah Air Panas, terdapat Pos Kandang Batu, sebagian pendaki mendirikan tenda di tempat ini.

Pos Kandang Badak
Akhirnya, setelah perjalanan selama 7 jam, kami sampai di pos Kandang Badak (2400 m DPL). Sebuah lokasi yang cukup luas namun rindang dengan pepohonannya dan digunakan oleh mayoritas pendaki untuk mendirikan tenda. Kami pun mulai membangun tenda. Yup, kami bermalam di sana!

Mendirikan Tenda di Pos Kandang Badak
Hey, malam ini ternyata begitu gelap dan dingin. Hujan mengguyur selama beberapa jam dan membuat tenda kami basah dan lembab. Sulit untuk tidur nyenyak. Kami pun men cari-cari cara untuk menghangatkan diri. Wah, rasanya seperti berada di dalam kulkas. Jadi rindu rumah dan ingin cepat pulang. Kami sempat terpikir untuk berhenti di sini.
Namun, sekitar jam setengah 5 pada dini hari, semangat terkumpul kembali ketika ada seorang bapak dari salah satu rombongan yang berteriak “puncak! puncak! ayo ngumpul dan berangkat ke puncak!” Kami pun langsung terbangun dan bersiap-siap. Kami mengikuti rombongan yang cukup ramai untuk menuju ke puncak. Jalannya begitu gelap, sehingga kami dan pendaki lainnya berjalan berbaris dengan membawa senter. Tak lama, ada pertigaan. Ke kanan untuk menuju Puncak Gunung Pangrango, ke kiri untuk menuju Puncak Gunung Gede. Setelah itu, kami sampai di Tanjakan Setan. Cukup curam sehingga pendaki yang ingin naik perlu berpegangan ke tali pengaman yang telah dipasang di sana. Di sinilah sarung tangan terasa manfaatnya.

saya dan Amir Fauzi,, mendaki di Tanjakan Setan
Setelah melalui Tanjakan Setan, kami berhenti dulu untuk solat Subuh.
Selanjutnya, perjalanan kami lanjutkan. Setelah perjalanan selama kurang lebih 2 jam, akhirnya……

N - I - H - U - Y ,, Nihuuuy!! Akhirnya kita sampai di puncak Gunung Gede
Alhamdulillah,, Akhirnya kami sampai juga di puncak Gunung Gede!! 2900 meter dari permukaan laut! Subhanallaah,, pemandangan begitu indah dari sini. Sejajar dengan awan. Horizon terlihat dengan jelas dari sini. Matahari pagi terang menyinari, sehingga bayangan Gunung Gede terlihat menutupi hutan di sebelah baratnya. Allahu akbar..
Di seberang Puncak Gunung Gede, ada padang Edelweis, yaitu Alun-alun Suryakencana. Namun, karena waktu yang kurang memungkinkan untuk menuju ke sana. Kami segera kembali ke Kandang Badak, setelah sarapan dan berfoto.
Setelah sampai di Kandang Badak, kami merapihkan tenda kami. Berkemas dan siap untuk pulang. Kami menutup kegiatan ini dengan doa dan hamdalah. Banyak pelajaran, pengalaman, dan hikmah yang kami dapat di hari ini. Tentang kemandirian, tentang kerjasama, dan tentang rasa syukur, juga pengalaman yang tak ternilai.
Selanjutnya kami menuruni jalur yang sama dengan yang kami lewati kemarin, jalur Cibodas. Waktu tempuh yang kami perlukan untuk turun, hanya sekitar 4 setengah jam dari Pos Kandang Badak sampai ke Pintu Masuk Jalur Cibodas.

copas dari: http://muhammadamirfauzi.wordpress.com "atas persetujuan M.Amir Fauzi"
saya juga ikut mendaki "saya yg memakai jaket coklat, celana training biru, membawa lampu emergency jinjing" saya yang paling tua diantara teman-teman yang lainnya.


Thread Ngebolang yang Lain

1 Response to "Mendaki Puncak Gunung Gede"

  1. iya betul tuh,,, kami aja kekurangan alat kmarin tuh,,, terimakasih sudah berkunjung

    ReplyDelete